PERAMPUNGAN OBSERVATORIUM TERBESAR DI ASIA TENGGARA,DI NUSA TENGGARA TIMUR

Akhirnya taman nasional langit gelap pertama di Indonesia resmi dibangun di kawasan gunung Timau, dipilihnya areal tersebut didasari atas beberapa pertimbangan yaitu merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki musim kering terpanjang sehingga kondisi awan yang tipis dan hampir tiada tersebut memunkingkan objek astronomis terlihat sepanjang malam, tak hanya itu, di observatorium nasional (OBNAS) ini kita bisa melakukan pengamatan di segala penjuru, baik itu langit belahan utara (northern hemisphere) maupun langit belahan selatan (southern hemisphere) ini sangat jarang, karena kebanyakan observatorium di luar negeri seperti observatorium di Jepang, Australia, dan Amerika Serikat hanya bisa melihat dari salah satu penjuru saja sedangkan OBNAS Timau bisa melihat dari segala penjuru langit. Bahkan tanpa bantuan teleskop atau dengan mata telanjang saja, pengamatan objek astronomis bisa terlihat sangat jelas dan terperinci, apalagi dengan tambahan teropong berdiamater 3,8 meter yang digadang-gadang merupakan teleskop terbesar di Asia Tenggara.

 

(GAMBAR OBSERVATORIUM NUSA TENGGARA TIMUR )

 

Observatorium Nasional Timau dinilai memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh observatorium tingkat dunia lainnya, yaitu:

1. OBNAS Timau menjadi rumah bagi teleskop terbesar di Asia Tenggara dengan diameter 3,8 meter.

2. Berada dekat dengan garis khatulistiwa, tepatnya dititik 09°34’47.5”S (LS) – 123°56’20.1”E (BT). Hal ini membuat OBNAS Timau mampu mengamati tata surya di belahan langit utara (northern hemisphere) maupun belahan langit selatan (southern hemisphere).

3. Terletak di wilayah Cagar Alam Gunung Timau yang kelestarian lingkungannya amat dijaga sehingga potensi untuk mengalami polusi cahaya dapat diminimalisir. Sehingga nantinya Indonesia akan memiliki lokasi pariwisata Taman Nasional langit gelap yang akan mampu melihat keindahan langit malam nan indah tanpa khawatir terganggu dengan polusi cahaya.

Tak hanya itu seakan kurang puas, LAPAN kini tampil agresif dengan rencana membangun Pusat Sains di Desa Oelnasi, Tilong, sebagai pusat studi, seperti yang dikutip dari Indocropcircles. Pusat edukasi ini nantinya bisa disambangi oleh peneliti nasional dan internasional yang sedang melakukan pembelajaran mengenai astronomi dan keantariksaan.

Ya, terlepas dari beberapa hal diatas memang rasanya sekarang sedang menjadi tren dikalangan pengamat langit dunia untuk meneksplorasi planet-planet di luar tata surya, yang tentu saja, bagian terpenting dari pencarian planet di dalam maupun luar dari tata surya harus memiliki beberapa kriteria yaitu tidak terlalu panas, dan juga tidak terlalu dingin, supaya di planet tersebut terdapat air dalam kondisi cair, karena salah satu prasyarat untuk kehidupan itu harus ada air dalam kondisi cair. Lantas apa jawaban LAPAN ketika ditanya mengenai partisipasinya dalam pencarian kehidupan di luar Bumi. Jawabannya “Ya” itu dilakukan tapi itu hanya salah satu agenda yang bakal melengkapi keseharian OBNAS Timau tersebut.

Maka dengan OBNAS Timau yang memiliki keunggulan wilayah geografis membuat observatorium dapat mengamati kondisi langit selatan maupun utara, diharapkan bisa memberikan sumbangsih besar untuk mengamati objek-objek bintang atau planet di luar tata surya di kawasan langit selatan yang umumnya observatorium di belahan utara tidak bisa melakukan pengamatan di langit bagian selatan. Sehingga OBNAS Timau akan turut andil bagian, untuk mencari planet-planet di luar tata surya di langit selatan. Itu yang kira-kira diharapkan dari OBNAS Timau untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengembangan Astronomi di dunia internasional.

Sebenarnya ada beberapa tujuan didirikannya Observatorium Nasional pertama adalah peningkatan kapasitas IPTEK Indonesia agar setara dunia, yang kedua, ini juga sangat penting yaitu peningkatan atau pemberdayaan daerah wilayah timur Indonesia, dalam konteks pemerataan edukasi dan pembangunan.

Nah, Observatorium Nasional Timau, juga akan turut serta meningkatkan dan memberdayakan kualitas SDM di wilayah timur Indonesia. Bukan hanya dalam konteks observatorium-nya saja yang dibangun, tapi ada pusat sains di wilayah Tilong di dekat Kupang. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan edukasi publik, jadi siswa mulai TK, SD, SMP, SMA dan mahasiswa itu bisa hadir di sana untuk belajar terkait dengan sains dan keantariksaan.

Bagaimana tertarik mencoba mendaki gunung sambil berkemah dan berkunjung di kawasan OBNAS Timau untuk melihat indahnya langit malam nan gelap yang dipenuhi kerlip bintang?